Aplikasi Elips, Parabola, dan Hiperbola
Apollonius yang menjadi matematikawan lahir di Perga, Pamphylia
yang sekarang dikenal dengan sebutan Murtina atau Murtana, terletak di Antalya,
Turki. Pada jaman itu, Perga adalah pusat kebudayaan dan lokasi kuil Artemis,
dewi alam.
Archimedes sudah mencetuskan nama parabola yang
artinya bagian sudut kanan kerucut. Apollonius (barangkali melanjutkan penamaan
Archimedes) mengenalkan kata elips dan hiperbola dalam kaitannya dengan
kurva-kurva tersebut. Istilah “elips”, “parabola”, dan “hiperbola”
bukanlah penemuan Achimedes maupun Apollonius; mereka mengadaptasi kata
dan artinya dari para pengikut Pythagoras (pythagorean), dalam
menyelesaikan persamaan persamaan kuadratik untuk aplikasi mencari luas.
1) ELIPS
Penerapan elips dalam
kehidupan sehari-hari dapat dijumpai di berbagai macam sektor. Pada banyak
kasus, hanya beberapa informasi dalam elips yang diketahui sehingga kita harus
menentukan informasi-informasi yang hilang untuk dapat menyelesaikan permasalahan
elips yang diberikan. Pada kasus lainnya, kita harus menulis kembali persamaan
elips yang diberikan untuk menentukan informasi yang berhubungan dengan p, q,
dan f.
Elips berarti
kurang atau tidak sempurna digunakan untuk memberi nama apabila luas persegi
panjang pada bidang yang diketahui disetarakan dengan bagian garis tertentu
yang diketahui hasilnya kurang. Hiperbola yang artinya kelebihan dipakai
apabila luas persegi panjang pada bidang yang diketahui disetarakan dengan
bagian garis tertentu yang diketahui hasilnya lebih. Parabola yang artinya di
samping atau pembanding) tidak mengindikasikan lebih atau kurang. Apollonius
menggunakan ketiga istilah di atas dalam konteks baru yaitu sebagai persamaan
parabola dengan verteks pada titik asal.
Contoh 1 : Permasalahan Karakteristik Elips
Di Washington D.C.,
terdapat taman Ellips yang terletak di antara Gedung Putih dan
Monumen Washington. Taman tersebut dikelilingi oleh suatu jalan yang berbentuk
elips dengan panjang sumbu mayor dan minornya secara berturut-turut adalah 458
meter dan 390 meter. Apabila pengelola taman tersebut ingin membangun air
mancur pada masing-masing fokus taman tersebut, tentukan jarak antara air
mancur tersebut!
Pembahasan :
Karena panjang dari sumbu mayornya 2p = 458 maka kita peroleh p = 458/2 = 229 dan
p2 = 2292 =
52.441. Sedangkan panjang sumbu minornya 2q = 390, sehingga q =
390/2 = 195 dan q2 = 1952 =
38.025. Untuk menentukan f, kita dapat menggunakan persamaan fokus.
Jadi, jarak antara kedua air mancur tersebut adalah 2(120) = 240 meter.
Contoh 2 : Prosedur Medis
Salah satu
penggunaan elips di bidang kesehatan adalah ketika melakukan litotripsi.
Proses ini adalah bagian prosedur medik untuk mengobati kencing batu. Dalam
mengobati penyakittersebut digunakan gelombang ultarasonik untuk
memberikan shock pada saluran kandung kemih. Dengan demikian,
rangsangan yang diberikan akan memecah ‘batu’ ginjal sehinga lebih mudah
dikeluarkan. Untuk melakukan litotrisi ini dibutuhkan alat yang
bernama lithotripter.
Litotripsi merupakan
suatu prosedur medis yang dilakukan untuk menghancurkan batu di saluran kemih
dengan menggunakan gelombang kejut ultrasonik sehingga pecahannya dapat dengan
mudah lolos dari tubuh. Suatu alat yang disebut lithotripter, berbentuk setengah
elips 3 dimensi mengaplikasikan sifat-sifat dari titik fokus elips, digunakan
untuk mengumpulkan gelombang ultrasonik pada satu titik fokus untuk dikirimkan
ke batu ginjal yang terletak di titik fokus lainnya. Perhatikan gambar berikut.
Jika lithotripter
tersebut memiliki panjang (sumbu semi mayor) 16 cm dan berjari-jari (sumbu semi
minor) 10 cm, seberapa jauh dari titik puncak seharusnya batu ginjal tersebut
diposisikan agar diperoleh hasil yang maksimal?
Pembahasan :
Dari soal, kita dapatkan panjang sumbu semi mayornya adalah q = 16, sehingga q2 = 162 = 256 dan panjang sumbu semi minornya adalah p = 10, sehingga p2 = 102 = 100. Dengan menggunakan persamaan fokus,
Pembahasan :
Dari soal, kita dapatkan panjang sumbu semi mayornya adalah q = 16, sehingga q2 = 162 = 256 dan panjang sumbu semi minornya adalah p = 10, sehingga p2 = 102 = 100. Dengan menggunakan persamaan fokus,
Sehingga, jarak titik puncak dengan titik fokus di mana batu ginjal diposisikan dapat ditentukan sebagai berikut.
Jadi, agar diperoleh hasil yang maksimal, batu ginjal tersebut seharusnya terletak pada jarak 28,49 dari titik puncak lithotripter.
2) PARABOLA
Seperti pada elips dan
hiperbola, banyak sekali aplikasi parabola yang bertumpu pada definisi
analitisnya daripada bentuk aljabarnya. Aplikasi-aplikasi tersebut, misalkan
pembangunan teleskop radio dan perusahaan lampu senter, menggunakan definisi
analitis parabola dalam penentuan lokasi fokus dari parabola tersebut. Berikut
ini definisi analitis dari suatu parabola.
Contoh 1 : Menentukan Fokus dan Direktriks dari suatu Parabola
Tentukan titik puncak, fokus, dan direktris dari parabola yang didefinisikan oleh persamaan
Contoh 1 : Menentukan Fokus dan Direktriks dari suatu Parabola
Tentukan titik puncak, fokus, dan direktris dari parabola yang didefinisikan oleh persamaan
x² = –12y.
Kemudian gambarkan grafiknya, disertai dengan fokus dan direktrisnya.
Pembahasan :
Pembahasan :
Karena hanya suku-x yang
dikuadratkan dan tidak ada pergeseran yang diterapkan, maka parabola tersebut
merupakan parabola vertikal dengan titik puncak di (0, 0). Dengan membandingkan
persamaan yang diberikan dengan persamaan umum parabola bentuk fokus-direktriks
kita dapat menentukan nilai p:
Karena p =
–3 (p < 0), maka parabola tersebut terbuka ke bawah, dengan
titik fokus di (0, –3) dan
direktriksnya y = 3. Untuk menggambar grafiknya, kita perlu
beberapa titik tambahan yang dilalui oleh parabola tersebut. Karena 36 = 6²
dapat dibagi oleh 12, maka kita dapat mensubstitusikan x = 6
dan x = –6, dan menghasilkan titik-titik (6, –3) dan (–6, –3).
Sehingga grafik dari parabola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari grafik di atas, kita dapat mengetahui bahwa garis x = 0 merupakan sumbu simetri dari grafik parabola yang diberikan.
Sebagai titik-titik
alternatif dalam menggambar grafik parabola, kita dapat menggunakan apa yang
disebut tali busur fokus dari parabola. Serupa dengan elips
dan hiperbola, tali busur fokus adalah ruas garis yang melalui fokus, sejajar
dengan direktriks, dan titik-titik ujungnya terletak pada grafik. Dengan
menggunakan definisi dari parabola, jarak horizontal dari f ke
(x, y) adalah 2p. Karena d1 = d2,
maka ruas garis yang sejajar dengan direktriks dari fokus ke grafik memiliki
panjang |2p|, dan panjang tali busur fokus dari sembarang parabola
adalah |4p|.
Dan akhirnya, jika titik puncak dari suatu parabola vertikal digeser ke (h, k), maka persamaan dari parabola tersebut akan menjadi (x ± h)2 = 4p(y ± k). Seperti pada keluarga irisan kerucut lainnya, pergeseran vertikal dan horizontalnya berlawanan dengan tandanya (positif atau negatif).
Contoh 2 : Menentukan Persamaan dari suatu Parabola
Dan akhirnya, jika titik puncak dari suatu parabola vertikal digeser ke (h, k), maka persamaan dari parabola tersebut akan menjadi (x ± h)2 = 4p(y ± k). Seperti pada keluarga irisan kerucut lainnya, pergeseran vertikal dan horizontalnya berlawanan dengan tandanya (positif atau negatif).
Contoh 2 : Menentukan Persamaan dari suatu Parabola
Tentukan persamaan
dari parabola yang memiliki titik puncak (4, 4) dan fokus (4, 1). Kemudian
gambarkan grafiknya dengan menggunakan persamaan dan tali busur fokusnya.
Pembahasan :
Pembahasan :
Karena titik puncak
dan fokusnya terletak pada garis vertikal, maka parabola yang dimaksud
merupakan suatu parabola vertikal yang memiliki persamaan umum (x ± h)²
= 4p(y ± k). Jarak p dari fokus
ke titik pusat adalah 3 satuan, dan karena fokus berada di bawah titik puncak,
maka grafiknya terbuka ke bawah dan p = –3. Dengan menggunakan
tali busur fokus, jarak horizontal dari fokus ke grafik adalah |2p| =
|2(–3)| = 6, memberikan titik-titik (–2, 1) dan (10, 1). Titik puncaknya
digeser 4 satuan ke kanan dan 4 satuan ke atas dari (0, 0), sehingga
diperoleh h = 4 dan k = 4. Sehingga persamaan
dari parabola tersebut adalah (x – 4)² = –12(y –4),
dengan direktriks y = 7. Grafik dari parabola tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Perhatikan bahwa grafik parabola di atas memiliki sumbu simetri di garis x =
4.
3) HIPERBOLA
Permasalahan yang
melibatkan fokus suatu hiperbola banyak kita jumpai di berbagai bidang. Seperti
permasalahan fokus pada elips, hanya beberapa informasi hiperbola yang nantinya
akan diketahui. Untuk itu, kita harus memanipulasi persamaan hiperbola yang diberikan
atau bahkan membangun persamaan hiperbola dari suatu informasi tertentu untuk
menentukan penyelesaian.
Contoh 1 : Menerapkan
Karakteristik Hiperbola—Lintasan dari Suatu Komet
Komet-komet yang
memiliki kecepatan yang sangat tinggi tidak dapat dipengaruhi oleh gravitasi
matahari, dan akan mengitari matahari dengan lintasan berbentuk hiperbola
dengan matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Jika lintasan komet yang
diilustrasikan oleh gambar di bawah dapat dimodelkan oleh persamaan 2.116x2 –
400y2 = 846.400, seberapa dekatkah komet tersebut dengan
matahari? Anggap satuannya dalam jutaan mil.
Pembahasan :
Pada dasarnya, dalam
permasalahan ini kita diminta untuk menentukan jarak antara fokus dengan titik
puncak hiperbola. Dengan menuliskan persamaan yang diberikan ke dalam bentuk
standar,
Sehingga, kita peroleh p = 20 (p2 = 400) dan q = 46 (q2 = 2.116). Dengan menggunakan persamaan fokus untuk menentukan f dan f2, kita mendapatkan,
Karena p = 20 dan |f| = 50, jarak komet tersebut dengan
matahari adalah 50 – 20 = 30 juta mil atau sekitar 4,83 × 107 kilometer.
Contoh 2 : Lokasi dari Suatu Badai
Contoh 2 : Lokasi dari Suatu Badai
Dua orang ahli meteorologi melihat badai dari
tempat mereka tinggal. Tempat tinggal dua orang ahli meteorologi tersebut
berjarak 4 km (4.000 m). Ahli meteorologi pertama, yang jaraknya lebih jauh
dari badai, mendengar suara petir 9 detik setelah ahli meteorologi kedua. Jika
kecepatan suara 340 m/s, tentukan persamaan yang dapat memodelkan lokasi dari
badai tersebut.
Pembahasan :
Misalkan M1 merupakan
ahli meteorologi pertama dan M2 merupakan ahli
meteorologi kedua. Karena M1 mendengar petir 9 detik setelah M2,
maka lokasi M1, 9 ∙ 340 = 3.060 m lebih jauh dari M1 terhadap
lokasi badai. Atau apabila disimbolkan, |M1S| – |M2S|
= 3.060. Himpunan semua titik S yang sesuai dengan persamaan
ini akan membentuk suatu grafik hiperbola, dan kita akan menggunakan fakta ini
untuk membangun suatu persamaan yang memodelkan semua kemungkinan dari lokasi
badai tersebut. Selanjutnya, mari kita gambar informasi-informasi di atas pada
koordinat Cartesius sehingga M1 dan M2 terletak
pada sumbu-x dan titik asal (0, 0) kita buat sebagai pusatnya.
Dengan selisih
konstannya 3.060, kita mendapatkan 2p = 3.060 sehingga p =
1.530. Karena jarak antara M1 dan M2 adalah
4.000, maka jarak antara pusat dengan M1 atau M2 adalah f =
1/2 ∙ 4.000 = 2.000. Dengan menggunakan persamaan fokus, kita mendapatkan
Sehingga, persamaan lokasi dari badai tersebut adalah
0 komentar:
Posting Komentar