Membuat Bidang Koordinat Kartesius Dengan Aplikasi 3D Grapher (Android)

Cara membuat titik koordinat menggunakan aplikasi 3D Grapher (Geogebra) menggunakan Android...

Manfaat Geometri Analitik

Penerapan elips dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai di berbagai macam sektor...

PARABOLA

Definisi Parabola Beserta Bagian-Bagiannya Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang jaraknya ke satu titik tertentu sama dengan jaraknya ke sebuah garis tertentu (direktriks)...

Kamis, 26 April 2018

Tugas 3




  1. Diketahui : g : 2x - y + 3 = 0 dan k : x + 3y - 2  = 0, maka tentukan persamaan garis bagi antara g dan k !
  2. Diketahui titik A (5,1), B (3,-5) dan C(2,2) yang membentuk segitiga ABC. Tentukan jarak titik B ke AC serta hitunglah luas segitiga ABC!

Garis dan Bidang di R3


A. Garis Dalam Ruang R3

Pada bidang, gradien digunakan untuk menentukan persamaan suatu garis. Dalam ruang, akan lebih mudah jika kita gunakan vektor untuk menentukan persamaan suatu garis.
Pada Gambar 1, perhatikan garis L yang melalui titik P(x1y1z1) dan sejajar terhadap vektor v = <abc>. Vektor v adalah vektor arah untuk garis L, dan ab, dan cmerupakan bilangan-bilangan arah. Kita dapat mendeskripsikan bahwa garis L adalah himpunan semua titik Q(xyz) sedemikian sehingga vektor PQ sejajar dengan v. Ini berarti bahwa PQ merupakan perkalian skalar v dan kita dapat menuliskan PQ = tv, dimana t adalah suatu skalar (bilangan real). 


Dengan menyamakan komponen-komponen yang bersesuaian, kita mendapatkan persamaan-persamaan parametris suatu garis dalam ruang.
Teorema 1 Persamaan-persamaan Parametris Suatu Garis dalam Ruang
Garis L yang sejajar dengan vektor v = <v1v2v3> dan melewati titik P(x1y1z1) direpresentasikan dengan persamaan-persamaan parametris


Jika bilangan-bilangan arah ab, dan c tidak nol, maka kita dapat mengeliminasi parameter t untuk mendapatkan persamaan-persamaan simetris garis.


Contoh 1: Menentukan Persamaan-persamaan Parametris dan Simetris
Tentukan persamaan-persamaan parametris dan simetris garis L yang melalui titik (1, –2, 4) dan sejajar terhadap v = <2, 4, –4>, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.


Pembahasan Untuk menentukan persamaan-persamaan parametris garis tersebut, kita gunakan koordinat-koordinat x1 = 1, y1 = –2, dan z1 = 4 dan arah a = 2, b = 4, dan c = –4.

Karena ab, dan c semuanya tidak nol, persamaan simetris garis tersebut adalah


Persamaan-persamaan parametris atau simetris untuk garis yang diberikan tidaklah tunggal. Sebagai contoh, dalam Contoh 1, dengan memisalkan t = 1 dalam persamaan-persamaan parametris, kita akan mendapatkan titik (3, 2, 0). Dengan menggunakan titik ini dengan bilangan-bilangan arah a = 2, b = 4, dan = –4 kita akan menghasilkan himpunan persamaan-persamaan parametris yang berbeda.


Contoh 2: Persamaan-persamaan Parametris Suatu Garis yang Melalui Dua Titik
Tentukan persamaan-persamaan parametris suatu garis yang melalui titik-titik (–2, 1, 0) dan (1, 3, 5). Pembahasan Pertama, kita gunakan titik-titik P(–2, 1, 0) dan Q(1, 3, 5) untuk menentukan vektor arah garis yang melalui P dan Q.

Dengan menggunakan bilangan-bilangan arah a = 3, b = 2, dan c = 5 dengan titik P(–2, 1, 0), kita dapat memperoleh persamaan-persamaan parametris


Catatan Karena t beragam untuk semua bilangan real, persamaan-persamaan parametris pada Contoh 2 digunakan untuk menentukan titik-titik (xyz) yang terletak pada garis. Secara khusus, untuk t = 0 dan t = 1 memberikan titik-titik awal yang diketahui, yaitu (–2, 1, 0) dan (1, 3, 5).


B. Bidang Dalam Ruang R3

Kita telah melihat bahwa persamaan suatu garis dalam ruang dapat diperoleh dari suatu titik pada garis dan vektor yang sejajar dengan garis tersebut. Sekarang kita akan melihat bahwa persamaan suatu bidang dalam ruang dapat diperoleh dari suatu titik pada bidang dan vektor normal (tegak lurus) terhadap bidang tersebut.



Perhatikan bidang yang memuat titik P(x1y1z1) dan memiliki vektor normal tidak nol
seperti yang ditunjukkan Gambar 3. Bidang ini memuat semua titik Q(xyz) sedemikian sehingga vektor PQ ortogonal terhadap n. Dengan menggunakan hasil kali titik, kita dapat menuliskan persamaan berikut.

Persamaan ketiga di atas merupakan persamaan bidang dalam bentuk baku.

Teorema 2 Persamaan Baku Suatu Bidang dalam Ruang
Bidang yang memuat titik (x1y1z1) dan memiliki vektor normal


dapat direpresentasikan oleh suatu bidang yang memiliki persamaan dalam bentuk baku


Dengan mengelompokkan kembali suku-suku pada persamaan di atas, kita mendapatkan bentuk umum persamaan suatu bidang dalam ruang.

Jika diberikan bentuk umum persamaan suatu bidang, dengan mudah kita dapat menentukan vektor normal terhadap bidang tersebut. Kita gunakan koefisien xy, dan zuntuk menuliskan

Contoh 3: Menentukan Persamaan Bidang dalam Ruang
Tentukan persamaan umum bidang yang memuat titik-titik (2, 1, 1), (0, 4, 1) dan (–2, 1, 4).

Pembahasan Untuk menerapkan Teorema 2, kita membutuhkan suatu titik pada bidang dan vektor yang normal terhadap bidang tersebut. Terdapat tiga pilihan untuk titik pada bidang, tetapi tidak ada vektor normal yang diberikan. Untuk mendapatkan vektor normal, kita gunakan hasil kali silang vektor-vektor u dan v yang membentang dari titik (2, 1, 1) ke titik-titik (0, 4, 1) dan (–2, 1, 4), seperti yang ditunjukkan Gambar 4. Bentuk-bentuk komponen u dan v adalah

yang mengakibatkan

adalah normal terhadap bidang yang diberikan. Dengan menggunakan bilangan-bilangan arah pada n dan titik (x1y1z1) = (2, 1, 1), kita dapat menentukan persamaan bidang tersebut adalah


Catatan Dalam Contoh 3, kita dapat menguji bahwa titik-titik yang diberikan, (2, 1, 1), (0, 4, 1) dan (–2, 1, 4), memenuhi persamaan bidang yang kita peroleh.



C. Sudut Arah Dan Bilangan Arah Pada R3



   
     


Perhatikan Gambar di atas,
Garis g membentuk sudut 𝛼 dengan sumbu x, sudut 𝛽 dengan sumbu y, sudut 𝛾 dengan sumbu z, maka sudut arah garis g ditulis dengan lambang [𝛼,𝛽,𝛾]
Ambil titik P pada garis g.
P1= proyeksi P pada xoy
P2 = proyeksi P1 pada sumbu x
P3 = proyeksi P1 pada sumbu y
S = proyeksi P pada xoz
P4 = proyeksi S pada sumbu z
T = proyeksi P pada yoz
      
Bilangan arah garis lurus adalah bilangan yang sebanding dengan cosinus sudut arah garis itu. Jika bilangan arah garis g yang ditulis dengan lambang [a, b, c].maka :
   Jadi,


B.  Sudut antara dua garis pada R3

Jika sudut-sudut arah antara dua garis telah disebutkan maka kita dapat menentukan sudut antara dua garis tersebut :



                                                 Gambar


   
a : b : c = cos 𝛼 : cos 𝛽 : cos 𝛾
Misal cos 𝛼 = 𝜆a, maka cos 𝛽 = 𝜆b dan cos 𝛾 = 𝜆c
Dari 𝑐𝑜𝑠2𝛼+𝑐𝑜𝑠2𝛽+𝑐𝑜𝑠2𝛾=1
⟺ 𝜆2 a2 + 𝜆2 b2 + 𝜆2 c2 = 1
⟺ 𝜆2 a2 + 𝜆2 b2 + 𝜆2 c2 = 1




Minggu, 22 April 2018

Sistem Koordinat

Letak Titik Pada  R3


                  Untuk mewakili titik dalam ruang, pertama-tama kita memilih titik tetap O (asal) dan tiga garis diarahkan melalui O yang tegak lurus satu sama lain, yang disebut sumbu koordinat dan berlabel sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Biasanya kita berpikir sumbu x dan y sebagai horisontal dan sumbu z sebagai vertical.
Dapat diperhatikan orientasi sumbu seperti pada Gambar di bawah. Arah sumbu z ditentukan oleh aturan tangan kanan seperti yang digambarkan dalam Gambar kedua di bawah ini: Jika Anda meringkuk jari-jari tangan kanan Anda di sekitar sumbu z di arah rotasi 90 derajat berlawanan arah jarum jam dari sumbu x positif ke sumbu y positif, lalu jempol Anda menunjuk ke arah positif dari z-axis.




Ti                           Gambar 1.a                                                            Gambar 1.b

Tiga sumbu koordinat menentukan tiga bidang koordinat yang diilustrasikan  pada gambar pertama di bawah. Sumbu xy adalah sumbu yang mencakup sumbu x dan y; Sedangkan sumbu yz  mencakup sumbu y dan sumbu z begitu pula dengan sumbu  xz mencakup sumbu x dan z. Ketiga sumbu koordinat ini terbagi ruang menjadi delapan bagian, disebut oktan. Oktant pertama, di latar depan, ditentukan oleh sumbu positif.







n                                                             Gambar 2b                                                                                                                    
An    


P a    Andaikan P adalah sebuah titik di ruang, sedangkan a merupakan jarak sumbu yz ke P, dan b menjadi jarak dari sumbu xz ke P,  serta jarak dari sumbu xy ke P disimbolkan dengan c.  Koordint titik P diwakili oleh pasangan berurutan (a, b, c). Titik P (a, b, c) menentukan kotak persegi panjang seperti pada gambar kedua di bawah ini.
Sebagai ilustrasi numerik, titik-titik (−4, 3, −5) dan (3, −2, −6) diplot dalam dua gambar terakhir di bawah ini. Himpunan semua tripel pasangan berurutan  {(x, y, z) | x, y, z 2 R} membentuk sistem koordinat persegi panjang tiga dimensi.

hd                                                          Gambar 3a



Ga                                                            Gambar 3b



                                                              Gambar 3.c


G                                                                  Gambar 3.d
hjj      




gg     Contoh : 
         Gambar di atasmerupakanilustrasi dari koordinat (2,4,5)

          Jarak Dua Titik Pada R
bjx       




                                                                Gambar 4  Jarak Dua Titik Pada R3
jkj        Jika diketahui dua titik A dan B, maka untuk menentukan jarak antara A dan B atau panjang A̅B̅  dilakukannya cara berikut :
            A1 = proyeksi titik A pada bidang xoy
B        B1  = proyeksi titik B pada bidang xoy
A2 = proyeksi titik A1 pada sumbu x
B2 = proyeksi titik B1 pada sumbu x
S = proyeksi titik A pada B̅B̅1
T = proyeksi titik B pada 1̅ B̅2

Pa        Pada  ∆ABS (siku-siku di S), menurut dalil Pythagoras
     AB2 = AS2 + BS2
↔    AB2 = A1 B12 + (BB1 SB1)2
↔ AB2 = A1 B12 + (BB1 AA1)2
↔ AB2 = A1 B12 + (zB – zA)2…………………..(1)
  Pada ∆A1B1T (siku-siku di T), menurut dalil Pythagoras:
       A1B12 = A1T2 + B1T2
  ↔    A1B12 = A2B22 + (B1B2 – TB2)2
  ↔    A1B12 = (OB2 – OA2)2 + (B1B2 - A1A2)2
  ↔    A1B12 = (XB – XA)2 + (YB – YA)2…………………….(2)
    Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh:
jkk



            Letak Sebuah Titik Pada Garis Penghubung Dua Titik di R2
            


                                                            gambar 5 Letak Titik Pada Garis Penghubung Dua Titik di R2



            Jika diketahui dua titik A dan B dengan posisi yang telah ditentukan. Maka koordinat titik P dapat      dicari sebagai berikut:          
                Misal AP : PB = m : n
      Perhatikan gambar 8
      A1 = proyeksi titik A pada sumbu x
      B1 = proyeksi titik B pada sumbu x
      P1 = proyeksi titik P pada sumbu x
      C = proyeksi titik A pada B̅B̅1
      D = titik potong A̅C̅ dan P̅P̅1
    h          Pada ∆ABC (siku-siku di C), dan P̅D̅ || B̅C̅
             Maka ∆ABC ̴ APD (selidikilah!)
             Jadi, AC : AD = BC : PD = AB : AP
    
                        

                  Jika titik P terletak pada pertengahan A̅B̅ berarti PA : 
                  



              Letak Sebuah Titik Pada Garis Penghubung Dua Titik di R3

                  


                                                    Gambar 6 Letak Titik Pada Garis Penghubung Dua Titik di R3
           
  Ji     Jika diketahui dua titik A dan B serta titik P yang terletak di antara A dan B dengan posisi tertentu, maka koordinat titik P dapat ditentukan dengan cara berikut :
         Missal : PA : PB = m : n
A1 = proyeksi titik A pada bidang xoy
B1 = proyeksi titik B pada bidang xoy
P1 = proyeksi titik P pada bidang xoy
         C = proyeksi titik A pada B̅B̅1
D = titik potong A̅C̅ dan P̅P̅1
A2 = proyeksi titik A1 pada sumbu x
B2 = proyeksi titik B1 pada sumbu x
P2 = proyeksi titik P1 pada sumbu x
E = proyeksi titik A1 pada 1̅ B̅2
F = titik potong 1̅E̅ dan 1̅ P̅2
A3 = proyeksi titik A1 pada sumbu y
B3 = proyeksi titik B1 pada sumbu y
P3= proyeksi titik P1 pada sumbu y
G = proyeksi titik A1 pada 1̅ B̅3
H = titik potong 1̅E̅ dan 1̅ P̅3

Perhatikan ∆ABC (siku-siku di C), dan P̅D̅ || B̅C̅